RSS

Masuk Neraka Siapa Takut #Antara Neraka dan Tajamnya Lidah


Setiap manusia pernah khilaf juga salah, termasuk saya.  Di sini saya ingin berbagi sebuah kisah. Kejadian ini terjadi sekitar satu bulan yang lalu. Berawal dari omongan atau perkataan yang mungkin bagi saya sangat sepele kemudian berujung kepada sebuah kesadaran dan penyesalan.
Berfikir sebelum bicara :)

Juli, 2011. Saya tamat dari SMA. Pada saat itu saya  kebingungan ketika harus menentukan kemana saya harus melangkah. Bukan karena saya tidak memiliki rencana, tapi karena keinginan saya begitu banyak. Saat itu keinginan terbesar saya adalah melanjutkan kuliah di luar Pulau Sumatra. Tujuannya sederhana, untuk mencari pengalaman baru dan suasana yang baru. Padahal sebenarnya tidak sesederhana itu. Saya pun mulai merengek kepada Ayah. Namun Ayah tidak menuruti keinginan saya. Padahal biasanya Ayah selalu menuruti semua permintaan saya. Kali ini tidak. Ayah tidak setuju saya kuliah di tempat yang jauh. Tak bisa membujuk Ayah, saya tidak menyerah. Saya akhirnya membujuk Ibu. Saya berharap mendapatkan pembelaan darinya. Namun Ibu ternyata sama. Ibu berpihak kepada Ayah, bukan saya.

Saya termasuk sosok anak yang keras kepala. Saya tetap kekeuh sama pendirian. Saat dinasehati oleh kedua orang tua, saya bungkam. Terdiam tanpa suara. Akhirnya dengan berat hati saya menuruti keinginan kedua orang tua saya. Saya ingin jadi anak yang berbakti. Saya menyadari satu hal, terkadang ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan. Toh, saya bisa merealisasikan keinginan saya diwaktu yang lain, atau menggantinya menjadi mimpi yang baru. Mimpi yang tentunya diridhoi oleh orang tua saya dan Sang Pencipta.


Ayah dan ibu merekomendasikan saya untuk kuliah mengambil jurusan pendidikan fisika, lalu menjadi Guru. Saya pun menurut. Berkat ayah dan Ibu saya akhirnya dipertemukan dengan empat orang cantik yang menjadi sahabat saya saat ini.

Intan. Sahabat saya yang satu ini seperti memiliki amunisi semangat yang tidak pernah habis. Ia yang paling terdekat dengan saya.  Selain satu kampus, dan satu kelas, kami juga satu kost. Kami seringkali menghabiskan waktu bersama. Intan sangat menyukai si kuning spongebob. Ia memiliki kerajaan sponge di kamarnya. Salah satu cita-citanya adalah menjadi penulis. Saya do’akan semoga tercapai.

Mei-mei. Sahabat saya yang satu ini adalah wanita tangguh. Ia sosok pekerja keras. selain pintar memasak, ia juga pintar melukis. Dulu kehidupannya normal. Namun karena keluarganya terkena musibah, ia akhirnya harus mencari uang untuk menopang kehidupannya sendiri. Saya tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi pada saya. Semoga sahabat saya yang satu ini tetap menjadi sahabat saya yang tangguh dalam menghadapi apapun.

Bebeb. Sahabat saya yang satu ini sangat aktif. Dia bahkan telah berkeliling indonesia. Ia gemar mengikuti organisasi. Mungkin bagi orang yang melihatnya, ia sering melakukan hal-hal aneh yang cenderung tidak jelas. Padahal sebenarnya gadis ini memiliki sebuah goal yang ingin ia raih untuk masa depannya.

Emil. Sahabat saya yang satu ini pintar berpuisi. Uniknya dia ini suka berkelakar menggunakan bahasa yang hanya orang-orang tertentu bisa mengerti. Sifatnya yang lugas dan to the point terkadang membuat orang lain menilainya sebagai gadis yang frontal. Padahal sebenarnya ia memiliki hati yang lembut.

Masing-masing dari kami memiliki impian yang berbeda-beda. Kami juga berbeda karakter. Tapi persahabatan menyatukan kami. Begitu indahnya persahabatan kami hingga terkadang ketika berkumpul tiang listrik yang diam pun bisa jadi bahan tertawaan. Meskipun begitu terkadang kami juga berbeda dalam pendapat.

Sebulan yang lalu. Saat itu kami berkumpul di tempat biasanya untuk makan siang di kantin dekat dekanat. Kami juga memesan menu seperti biasanya yaitu sup sapi. Ibu yang berjualan tentu sudah sangat hapal dengan kami karena kami telah terbiasa makan di kantinnya dengan menu yang sama. Saat itu kami memesan sup, kecuali Memei. Tentu saja kami  merasa tidak enak terhadap Memei karena ia tak ikut makan siang hari itu. Alasannya ia sudah kenyang dan tidak ingin boros. Kami pun membujuk Memei, tapi ia tetap bersikeras untuk tidak makan. Padahal kami tahu ia pernah sakit sebelumnya dikarenakan tidak makan. Hari itu saya, Intan dan Bebeb memarahi Memei karena ia tidakk mau makan. Sedangkan Emil diam tak berkomentar. Kami bertiga menyebabkan Memei tersudut hari itu. Hingga akhirnya Memei bungkam. Karena kesal tak berhasil membujuk Memei untuk makan, terlontar kalimat ini dari mulut saya:

“Yasudah, makanlah terong tiap hari!!.” (Terong adalah makanan kesukaan Memei).

Tanpa saya sadari kalimat itu menyakiti hati Memei.  Beberapa hari berselang setelah kejadian itu, kami masih baik-baik saja. Tapi tidak dengan Memei.

Saat itu seperti biasanya, kami masih bersama untuk makan siang di kantin dekat dekanat. Entah bagaimana ceritanya. Tiba-tiba Memei memulai pembicaraan. Ia mengungkapkan kekesalannya pada kami atas kejadian tempo hari. Ia berbicara dengan berurai air mata. Padahal sebelumnya kami tidak pernah melihat Memei menangis. Ia termasuk wanita yang tangguh. Kami hanya terdiam membisu mendengarkannya bicara.

“Kalian tahu beh, kenapa saya tidak makan hari itu?bukan karena saya tidak lapar. Tapi karena saya tidak punya uang. Kalian menyudutkan saya. Kalian tetap paksa saya untuk makan. Hati saya sakit. Sakit sekali. Terlebih lagi pada saat kalian bilang saya makan terong tiap hari. Biarlah. Biar saya makan terong tiap hari sekarang. Sekarang saya memang tidak punya uang. Tapi liat saja besok kedepannya. Kalian bakal lihat saya jadi orang yang sukses.”

Deg. Perkataan Memei menghujam jantung saya. Membuat saya tersentak. Itu kata-kata saya. Kejam dan kasar sekali. Saya baru menyadari perkataan saya telah menyakiti hati Memei. Melihat Memei menangis saya pun tak kuasa menahan air mata. Maafkan saya Memei. Ujar saya merangkulnya. Saya tak pernah bermaksud untuk menyakiti hati Memei dengan kata-kata saya. Saya hanya sedih Memei tidak makan. Saya takut Memei sakit. Kenapa Memei tidak bilang sama kami kalau Memei tidak punya uang?. Kita sahabat kan?. Ujar saya sedih.

Kejadian tersebut menyadarkan kami semua. Kami pun berjanji untuk tidak berkata kasar lagi. Beginilah persahabatan kami, setiap kali ada masalah kami selalu membicarakannya langsung tanpa di pendam-pendam. Kamipun saling memaafkan, berpelukan dan kembali tertawa riang.
Sahabat :)
Namun pada detik itu juga saya tersadar betapa tajamnya perkataan yang telah saya lontarkan. Pikiran saya berkecambuk. Jangan-jangan selama ini banyak orang yang sakit hati gara-gara omongan saya. Tuhan, maaf. Batin saya lirih. Saya pun bertekad dalam hati kedepannya untuk hati-hati ketika berbicara dan berusaha untuk terus memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik.

Terkadang tanpa kita sadari kata-kata bisa menjadi bomerang untuk diri kita sendiri. Kata-kata yang meluncur seringkali tak tersampaikan dengan baik tujuannya. Persepsi masing-masing dari kita tidak sama. Rambut boleh sama hitam, tapi pikiran kita tak sama. Hati siapa yang tahu. Itulah mengapa lidah tak bertulang dan lebih tajam dari silet, neraka banyak penghuninya karena orang-orang tak menjaga bicaranya.

Oleh karena itu, marilah kita jaga omongan kita agar tidak menyakiti hati orang lain. Marilah berhati-hati dalam berbicara. Selama perkataan baik masih berlimpah, kenapa kita harus berbicara yang tidak baik?. Nasehat diatas sebenarnya tertuju untuk diri saya sendiri.

Diriwayatkan dari Abu hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata, “ Aku mendengar Rasulullah Saw. Bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu ucapan yang tidak jelas baginya manfaatnya lantas karena ucapanya itu ia tersungkur ke dalam api neraka sejauh jarak antara timur dan barat.” (HR Bukhari Muslim).

Lalu hadist yang kedua diriwayatkan dari Abu hurairah Radhiyallahu’anhu, dari Rosululloh Saw, beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang diridhai Alloh tanpa memperdulikannya sehingga dengan kalimat itu menyababkan derajatnya naik. Dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Alloh tanpa memperdulikannya sehingga dengan kalimat itu ia tersungkur ke dalam api neraka.” (HR Bukhari Muslim).

Semoga cerita saya bermanfaat, dan semoga kita semua terhindar dari ucapan yang tidak jelas juga di jauhkan dari api neraka. Aamiin.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

6 comments:

BlogS Of Hariyanto said...

Alhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartisipasi,
artikel resmi sudah terdaftar sebagai peserta...
salam santun dari Makassar :-)

Efi Fitriyyah said...

Think before speak. Heeh, ya. namanya nyesel ada di belakang, bukan di depan..salam kenal :)

Indra Kusuma Sejati said...

Terkadang hal ini di anggap sepele oleh kebanyak orang ya Mba. he,, he,, he,,,
mantap..... semoga sukses kontes GA nya.

Salam,

Unknown said...

terima kasih :)

salam santun dari Bengkulu :)

Unknown said...

iya mbak, salam kenal kembali :)

Unknown said...

iya mas :)

Salam kembali :D

Post a Comment