Setiap manusia pernah
khilaf juga salah, termasuk saya. Di sini
saya ingin berbagi sebuah kisah. Kejadian ini terjadi sekitar satu bulan yang
lalu. Berawal dari omongan atau perkataan yang mungkin bagi saya sangat sepele
kemudian berujung kepada sebuah kesadaran dan penyesalan.
Juli, 2011.
Saya tamat dari SMA. Pada saat itu saya
kebingungan ketika harus menentukan kemana saya harus melangkah. Bukan
karena saya tidak memiliki rencana, tapi karena keinginan saya begitu banyak. Saat
itu keinginan terbesar saya adalah melanjutkan kuliah di luar Pulau Sumatra.
Tujuannya sederhana, untuk mencari pengalaman baru dan suasana yang baru.
Padahal sebenarnya tidak sesederhana itu. Saya pun mulai merengek kepada Ayah.
Namun Ayah tidak menuruti keinginan saya. Padahal biasanya Ayah selalu menuruti
semua permintaan saya. Kali ini tidak. Ayah tidak setuju saya kuliah di tempat
yang jauh. Tak bisa membujuk Ayah, saya tidak menyerah. Saya akhirnya membujuk
Ibu. Saya berharap mendapatkan pembelaan darinya. Namun Ibu ternyata sama. Ibu
berpihak kepada Ayah, bukan saya.
Saya termasuk sosok
anak yang keras kepala. Saya tetap kekeuh
sama pendirian. Saat dinasehati oleh kedua orang tua, saya bungkam. Terdiam
tanpa suara. Akhirnya dengan berat hati saya menuruti keinginan kedua orang tua
saya. Saya ingin jadi anak yang berbakti. Saya menyadari satu hal, terkadang
ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan. Toh, saya bisa merealisasikan keinginan
saya diwaktu yang lain, atau menggantinya menjadi mimpi yang baru. Mimpi yang
tentunya diridhoi oleh orang tua saya dan Sang Pencipta.
Ayah dan ibu
merekomendasikan saya untuk kuliah mengambil jurusan pendidikan fisika, lalu
menjadi Guru. Saya pun menurut. Berkat ayah dan Ibu saya akhirnya dipertemukan
dengan empat orang cantik yang menjadi sahabat saya saat ini.
Intan.
Sahabat saya yang satu ini seperti memiliki amunisi semangat yang tidak pernah
habis. Ia yang paling terdekat dengan saya.
Selain satu kampus, dan satu kelas, kami juga satu kost. Kami seringkali
menghabiskan waktu bersama. Intan sangat menyukai si kuning spongebob. Ia
memiliki kerajaan sponge di kamarnya. Salah satu cita-citanya adalah menjadi
penulis. Saya do’akan semoga tercapai.
Mei-mei.
Sahabat saya yang satu ini adalah wanita tangguh. Ia sosok pekerja keras. selain
pintar memasak, ia juga pintar melukis. Dulu kehidupannya normal. Namun karena
keluarganya terkena musibah, ia akhirnya harus mencari uang untuk menopang
kehidupannya sendiri. Saya tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi pada
saya. Semoga sahabat saya yang satu ini tetap menjadi sahabat saya yang tangguh
dalam menghadapi apapun.
Bebeb.
Sahabat saya yang satu ini sangat aktif. Dia bahkan telah berkeliling
indonesia. Ia gemar mengikuti organisasi. Mungkin bagi orang yang melihatnya, ia
sering melakukan hal-hal aneh yang cenderung tidak jelas. Padahal sebenarnya
gadis ini memiliki sebuah goal yang
ingin ia raih untuk masa depannya.
Emil.
Sahabat saya yang satu ini pintar berpuisi. Uniknya dia ini suka berkelakar
menggunakan bahasa yang hanya orang-orang tertentu bisa mengerti. Sifatnya yang
lugas dan to the point terkadang
membuat orang lain menilainya sebagai gadis yang frontal. Padahal sebenarnya ia
memiliki hati yang lembut.
Masing-masing dari kami
memiliki impian yang berbeda-beda. Kami juga berbeda karakter. Tapi
persahabatan menyatukan kami. Begitu indahnya persahabatan kami hingga
terkadang ketika berkumpul tiang listrik yang diam pun bisa jadi bahan
tertawaan. Meskipun begitu terkadang kami juga berbeda dalam pendapat.
Sebulan yang lalu.
Saat itu kami berkumpul di tempat biasanya untuk makan siang di kantin dekat
dekanat. Kami juga memesan menu seperti biasanya yaitu sup sapi. Ibu yang
berjualan tentu sudah sangat hapal dengan kami karena kami telah terbiasa makan
di kantinnya dengan menu yang sama. Saat itu kami memesan sup, kecuali Memei. Tentu
saja kami merasa tidak enak terhadap Memei
karena ia tak ikut makan siang hari itu. Alasannya ia sudah kenyang dan tidak
ingin boros. Kami pun membujuk Memei, tapi ia tetap bersikeras untuk tidak
makan. Padahal kami tahu ia pernah sakit sebelumnya dikarenakan tidak makan.
Hari itu saya, Intan dan Bebeb memarahi Memei karena ia tidakk mau makan.
Sedangkan Emil diam tak berkomentar. Kami bertiga menyebabkan Memei tersudut
hari itu. Hingga akhirnya Memei bungkam. Karena kesal tak berhasil membujuk Memei
untuk makan, terlontar kalimat ini dari mulut saya:
“Yasudah,
makanlah terong tiap hari!!.” (Terong adalah makanan kesukaan Memei).
Tanpa saya sadari
kalimat itu menyakiti hati Memei. Beberapa
hari berselang setelah kejadian itu, kami masih baik-baik saja. Tapi tidak
dengan Memei.
Saat itu seperti
biasanya, kami masih bersama untuk makan siang di kantin dekat dekanat. Entah
bagaimana ceritanya. Tiba-tiba Memei memulai pembicaraan. Ia mengungkapkan
kekesalannya pada kami atas kejadian tempo hari. Ia berbicara dengan berurai
air mata. Padahal sebelumnya kami tidak pernah melihat Memei menangis. Ia
termasuk wanita yang tangguh. Kami hanya terdiam membisu mendengarkannya
bicara.
“Kalian
tahu beh, kenapa saya tidak makan hari itu?bukan karena saya tidak lapar. Tapi karena
saya tidak punya uang. Kalian menyudutkan saya. Kalian tetap paksa saya untuk
makan. Hati saya sakit. Sakit sekali. Terlebih lagi pada saat kalian bilang
saya makan terong tiap hari. Biarlah. Biar saya makan terong tiap hari
sekarang. Sekarang saya memang tidak punya uang. Tapi liat saja besok
kedepannya. Kalian bakal lihat saya jadi orang yang sukses.”
Deg. Perkataan Memei menghujam
jantung saya. Membuat saya tersentak. Itu kata-kata saya. Kejam dan kasar sekali.
Saya baru menyadari perkataan saya telah menyakiti hati Memei. Melihat Memei
menangis saya pun tak kuasa menahan air mata. Maafkan saya Memei. Ujar saya merangkulnya. Saya tak pernah bermaksud untuk menyakiti hati Memei dengan kata-kata
saya. Saya hanya sedih Memei tidak makan. Saya takut Memei sakit. Kenapa Memei
tidak bilang sama kami kalau Memei tidak punya uang?. Kita sahabat kan?. Ujar saya sedih.
Kejadian tersebut
menyadarkan kami semua. Kami pun berjanji untuk tidak berkata kasar lagi.
Beginilah persahabatan kami, setiap kali ada masalah kami selalu
membicarakannya langsung tanpa di pendam-pendam. Kamipun saling memaafkan, berpelukan
dan kembali tertawa riang.
Sahabat :) |
Namun pada detik itu
juga saya tersadar betapa tajamnya perkataan yang telah saya lontarkan. Pikiran
saya berkecambuk. Jangan-jangan selama ini banyak orang yang sakit hati
gara-gara omongan saya. Tuhan, maaf.
Batin saya lirih. Saya pun bertekad dalam hati kedepannya untuk hati-hati
ketika berbicara dan berusaha untuk terus memperbaiki diri menjadi pribadi yang
lebih baik.
Terkadang tanpa kita
sadari kata-kata bisa menjadi bomerang untuk diri kita sendiri. Kata-kata yang
meluncur seringkali tak tersampaikan dengan baik tujuannya. Persepsi
masing-masing dari kita tidak sama. Rambut boleh sama hitam, tapi pikiran kita
tak sama. Hati siapa yang tahu. Itulah mengapa lidah tak bertulang dan lebih
tajam dari silet, neraka banyak penghuninya karena orang-orang tak menjaga
bicaranya.
Oleh karena itu, marilah
kita jaga omongan kita agar tidak menyakiti hati orang lain. Marilah
berhati-hati dalam berbicara. Selama perkataan baik masih berlimpah, kenapa
kita harus berbicara yang tidak baik?. Nasehat
diatas sebenarnya tertuju untuk diri saya sendiri.
Diriwayatkan dari Abu
hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata, “ Aku mendengar Rasulullah Saw. Bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan
satu ucapan yang tidak jelas baginya manfaatnya lantas karena ucapanya itu ia
tersungkur ke dalam api neraka sejauh jarak antara timur dan barat.” (HR Bukhari
Muslim).
Lalu hadist yang kedua
diriwayatkan dari Abu hurairah Radhiyallahu’anhu, dari Rosululloh Saw, beliau
bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba
mengucapkan suatu kalimat yang diridhai Alloh tanpa memperdulikannya sehingga
dengan kalimat itu menyababkan derajatnya naik. Dan sesungguhnya seorang hamba
mengucapkan suatu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Alloh tanpa memperdulikannya
sehingga dengan kalimat itu ia tersungkur ke dalam api neraka.” (HR Bukhari
Muslim).
Semoga cerita saya
bermanfaat, dan semoga kita semua terhindar dari ucapan yang tidak jelas juga
di jauhkan dari api neraka. Aamiin.
6 comments:
Alhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartisipasi,
artikel resmi sudah terdaftar sebagai peserta...
salam santun dari Makassar :-)
Think before speak. Heeh, ya. namanya nyesel ada di belakang, bukan di depan..salam kenal :)
Terkadang hal ini di anggap sepele oleh kebanyak orang ya Mba. he,, he,, he,,,
mantap..... semoga sukses kontes GA nya.
Salam,
terima kasih :)
salam santun dari Bengkulu :)
iya mbak, salam kenal kembali :)
iya mas :)
Salam kembali :D
Post a Comment