RSS

Rejeki Tidak Akan Tertukar



image from here
Jum’at, 12 juli 2013. Pukul 03.30 WIB. Nada alarm berdering dengan keras, membuatku kanget dan tersentak bangun. Tak terasa ini adalah hari sahur ketiga yang telah aku lewati sendiri. Tanpa Ayah, Mamah, dan adik-adikku. Rasanya begitu sepi. Menikmati makan sahur seadanya, sendirian di kosan. Enak ataupun tidak tetap harus makan. Karena sangat penting menjaga kesehatan diri. Kalo bukan aku, lalu siapa lagi yang menjaga kesehatan diriku sendiri?


Kecanggihan teknologi saat ini telah begitu maju. Membuatku terhibur. Setidaknya aku bisa menggunakannya dalam melalui sahur sendirian. Seperti biasa pacarku menelpon dengan video call, aku pun bisa melihat wajahnya. Meskipun hanya lewat layar handpone sony Ericson xperia, hadiah untukku beberapa waktu yang lalu. Jarak yang jauh terasa menjadi dekat. Aku senang. Aku tidak merasa begitu sepi. Melihat wajahnya semangatku pun bangkit kembali.

Dua hari akhir-akhir ini aku merasa begitu malas. Males banget rasanya buat melakukan sesuatu. Mungkin karena puasa. Tapi tetep aja puasa tidak bisa dijadikan alasan untuk bermalas-malasan? Iya kan?. Toh,  kan ntar akunya sendiri yang rugi. Aku yang biasanya rajin ngeshare kuis jadi mandek. Yang biasanya ngecek jumlah votingan di album foto miss beauty muslimah, jadi gak lagi. Kerjaannya Cuma guling-guling doang di atas kasur. Nempel, udah kayak perangko. Ya gitu. Semenjak pindah ke kost baru rasanya nyaman banget. Jadi betah dikosan. Nemplok diatas kasur. Adem.

Saking malesnya. Pas malem jum’at harusnya aku belajar untuk tes beasiswa djarum yang dilaksanakan esok harinya. Tapi dasar malesnya sedang kumat. Pulang dari taraweh bukannya belajar, tapi aku malah nonton film “Great Teacher Onizuka”. Slow but sure jadi andalan. Tapi apanya yang sure kalo males-malesan kayak gitu. Akhirnya, sambil nonton aku pegang buku buat belajar. Gayanya doang sih. Tapi lumayanlah dari pada enggak sama sekali. kalo mata capek liat ke layar leptop, gantian liatin buku. Tetep aja banyakan nontonnya dibandingin sama liat buku, abis seru sih filmnya. :D

Pas hari H tes beasiswa djarum pun datang. Dari sahur aku udah gak tidur lagi. Biar gak telat. Takutnya kalo tidur lagi bangunnya kesiangan. Aku kan gitu. Tiap abis subuh, kalo balik Nemplok ke kasur lagi. Hasilnya kesiangan. :D

Sebelum berangkat tidak aku tidak lupa berdo’a. Semoga dilancarkan dalam menjalani tes. Jikalau pun nanti aku tidak lulus, aku akan berbesar hati. Aku tidak ingin sedih karenanya.  Tetap berfikir positif, mungkin takdirku bukan di sana. Tidak lupa pula jauh-jauh hari aku telah meminta do’a restu dari ayah dan mamah. Karena apapun itu, tidak akan pernah terlepas dari do’a orang tua. Do’a mereka adalah do’a yang paling manjur. Doa yang di jabbah sama Allah.

Pukul 07.30 teng, aku berangkat menuju TKP pelaksanaan tes bareng si Inokari. Sampe disana kami pun antri untuk memasuki ruangan. Sekalian pembagian nomor peserta. Antrinya udah kayak ular naga. Panjang, trus meliuk-liuk.

Tes pun di mulai. Sebelum nya kami semua di perlihatkan profil beasiswa djarum fondation plus. Keren banget pokoknya. Pelatihan soft skillnya yang membedakan dengan beasiswa lainnya membuat aku ngiler. Suer. Pengen banget. Setelah itu aku pun membuka galeri di handpone melihat foto ayah untuk menguatkanku menjalani tes. Aku pun semangat dan siap bertempur.

Tes 1, 2, 3, 4, 5 lewat. Dari mulai tes potensi akademik sampe psikotes pun berlalu dalam waktu singkat. Saking singkatnya sampe aku gak selesai ngerjain soal-soal. Namun, untungnya soal tidak menggunakan sistem plus  minus. Jadi,  aku bisa mengisi jawaban yang kosong melalui naluriku. Siapa tau bener. Dari pada gak ada jawabannya. Tapi untuk jawaban yang lain, insaAllah aku yakin benar. Udah sering nemuin soal kayak gitu. Waktu tes SNMPTN, trus juga waktu tes seleksi STAN. Sayangnya waktu tes seleksi masuk STAN aku gak lolos. L

Tes selanjutnya adalah menggambar. Kami disuruh menggambar pohon dan juga menggambar orang. kemudian juga menggambar di dalam kotak hitam yang telah disediakan. Menggambar apapun yang disukai. Bedanya dalam kotak hitam ini telah diberikan sebuah pola. Jadi, tinggal melanjutkan gambar dari pola tersebut. Aku menggambar pohon nangka, dan menggambar diriku sendiri di masa depan. Menjadi seorang ibunda dosen.

Tes pun berakhir. Pukul 11.30 WIB peserta yang lolos akan diumumkan. Hatiku dag dig dug. Berharap lolos di tahap ini. Sambil menunggu pengumuman aku, Intan dan Bebeb pulang ke kost. Untuk beristirahat sejenak. Memulihkan ketegangan saat mengikuti ujian.

Jreng,, jreeng,, jreeengg. Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. kami meluncur menuju TKP. Kami tidak sabar untuk segera melihat pengumuman. Saking grusah grusuhnya, aku sampe salah jalan menuju ruang rapat 3 rektorat, tempat tes diadakan. Saat ditangga, Fauzan, temennya Intan teriak-teriak.

“Novita mana? buruan. Tu di panggil, cepet ke atas”.

Hatiku makin gak karuan. Sampe diatas, langsung disambut sama mbak Nindya.

 “Selamat ya, kamu lolos”.
“Tunggu mbak, ini beneran nama aku apa bukan?”.
“Coba cek nomor pesertanya..!”
“Bener mbak”.
“Alhamdulillah, aku lolos”.

Aku girang sekali. Nama yang tercantum benaran punyaku. Abis nya yang namanya sama kayak aku persis juga ikut tes. Bedanya nama aku tanpa spasi, sedangkan namanya pake spasi. Nama kayak aku kan familiar. Banyak kembaran.

“Novitasari”.

Perjuanganku belum usai. Belum berakhir disini. Masih ada tes interview yang harus aku lewati. tes terakhir. Tes penentu keberuntunganku.

Interview aku jalani dengan baik. Semua pertanyaan aku jawab secara berurutan. Tinggal menunggu telepon di bulan Agustus. Semoga aku beruntung.  Toh, kalo rejeki gak bakal kemana. Yang penting udah berusaha. Rejeki tidak akan pernah tertukar. Jikalaupun nanti tidak lulus, mungkin takdir akan membawaku ketempat lain.

“Aku menunggu telepon di bulan Agustus”.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 comments:

Intan Novriza Kamala Sari said...

Wuaaa :D Suka sama tulisan teteh yang ini. Cakep :D

Unknown said...

ah, masaaa sihh?? :P

Post a Comment