image from here |
Ada yang bilang tiap
mendengar namanya saja udah kebayang gimana puyengnya. Ada juga yang bilang
jadi ingat pak Albert Einstein atau ada yang bilang jadi keingetan tentang
listrik. Trus, trus Tentang pesawat, kapal selam, dan lain-lain. Ada yang bilang fisika itu menarik, karena
mempelajari tentang gejala-gejala yang terjadi di alam ini.
Then,
how about me?. Menurut aku fisika itu membuat kepala jadi puyeng dan perut
mendadak sakit. Aku tidak begitu menyukai fisika. Tapi tiba-tiba aku kok kuliah
ngambil jurusan fisika?. Ceritanya panjang. Yang jelas sekarang aku sedang
duduk manis di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan jurusan fisika. Aku adalah
calon seorang guru fisika.
Sepertinya memang fisika lah takdirku. Aku berkutat di dunia fisika. Tiap hari yang aku pelajari semuanya berkaitan dengan fisika. Awalnya aku berfikir yang di pelajari dalam fisika tidak lah begitu rumit. Tapi ternyata, benar-benar melelahkan. Aku bertemu dengan yang namanya Kalkulus, mekanika, fisika dasar 1, fisika dasar 2, fisika matematika 1, fisika matematika 2, listrik magnet, termodinamika, dan masih banyak lagi yang lainnya. Yang belum aku pelajari seperti elektronika dasar, fisika kuantum, fisika modern fisika inti, dan lain-lain. Nama-nama yang aku sebutin tadi adalah daftar mata kuliah yang hitung-hitungan. Fisika yang dipelajari anak-anak SMA itu hanya mencakup fisika dasar 1 dan fisika dasar 2.
Rasanya tiap kali
belajar mata kuliah yang hitung-hitungan waktu terasa begitu lambat melaju.
Rasa ngantuk menyerang dengan hebat. Bawaannya menguap terus. Ditambah lagi
rasanya kepalaku berasap. Otakku gosong sodara-sodara. Halah. Apaan sih ini? Pikirku. Masa gunanya untuk mengukur diameter
rambut. Kan kurang kerjaan. Buat apa coba rambut diukur diameternya. Lanjut
lagi mata kuliah mekanika. Kalo udah ketemu yang namanya integral lipat satu,
dua dan tiga, juga ketemu yang namanya turunan. Ampun banget. Diterusin salah
gak diterusin makin salah.
Naasnya yang ngajar dosennya
killer. Udah mata kuliahnya susah. Gak mudeng-mudeng
ditambah dosennya sangar. Lengkaplah sudah, bener-bener ngenes.
Perlahan tapi pasti,
hari-hari terlewati. Mulai dari semester satu hingga kini telah di penghujung
semester empat. Mata kuliah membosankan satu persatu tuntas. Dosen-dosen killer
perlahan-lahan berkurang. Namun tidak
dengan nilai yang memuaskan. Awalnya aku kuliahnya santai banget, ogah-ogahan. Semester 1, 2, oke. Tiba disemester 3 aku
shock. Melihat tiga buah bulan sabit berjejer di portal. Masya Allah. Mata
kuliah 4 sks dapet C. Apa aku mau membuat rantai karbon?. Hingga di satu
semester tiga buah huruf C membentuk barisan dengan rapi. Sontak IP ku anjlok.
Yang mulanya 3,65 langsung menurun drastis menjadi 2,96. Nyaris 3, namun tidak
kesampaian. Hasilnya aku tidak bisa mengambil 24 sks. Inilah akibat dari
berleha-leha. Tidak belajar dengan baik. Kerjaannya Cuma main-main, gak serius.
Padahal apa jadinya nanti, jika aku menjadi seorang guru dan aku tidak bisa
mengajar?.
Wah, rasanya aku sedih
banget. Galau sodara-sodara. Malu ngomongin masalah nilai sama ayah dan mamah.
Akhirnya yang aku sebutin IPK bukan IP. Maafin
ya mah, ayah, anakmu ini, gak tega liat kalian sedih. Huhu. Tapi aku janji
kok suatu saat aku bakal ngomong.
Kata orang IP itu tidak
penting, yang terpenting adalah proses. Tentang skillnya. Tapi menurut aku gak
gitu. Bagaimana pun IP tetap penting. Terlebih untuk menyenangkan orang tua.
Dalam melamar pekerjaan apapun, IP tetap di lihat sebagai syarat administrasi.
Trus kalo pinter tapi IP nya kecil tetep aja jadi masalah. Bakalan sulit untuk
mencari pekerjaan. Kalo udah gitu gimana hayo?
Next. Aku bertekad
untuk lebih semangat lagi belajar pada semester berikutnya. Gak mau lagi liat
bulan sabit berjejer. Pengennya sih yang berjejer dengan rapi itu menara, atau
kacamata. Aku pun tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan karena IPku yang tidak
memuaskan. Move on dong. Aku menghargai diriku sendiri. Aku yakin dan prcaya bahwa aku bisa
menaklukkan fisika. Toh ntar akunya sendiri yang bakal merugi kalo
terus-terusan sedih dan galau. Gak ada untungnya bersedih. Boleh aja sih
bersedih, menyesali perbuatan. Bahaya juga kalo tidak pernah menyesali
perbuatan. Bisa-bisa salah terus. Kalo aku sedihnya gak lama kok. Paling banter
20 menit. Aku udah tekadkan dalam diri untuk tidak bersedih lama-lama.
Gimana ya rasanya dapet IP 4?.
Ngiler.
Apapun yang kita
lakukan, usaha sebanding dengan hasil. Jikalaupun kamu merasa usaha kamu udah
maksimal banget. Tapi hasilnya tidak memuaskan, itu artinya ada yang salah
dengan usaha kamu. Usaha kamu masih belum maksimal. Takdir memang Tuhan yang
tentukan. Namun takdir itu telah Tuhan serahkan di genggaman kita. Takdir itu terletak
di ujung usaha manusia. Sejauh mana usaha yang kita lakukan. Maka itulah
takdir.
Sekarang, secara
perlahan aku mulai menyemai cintaku untuk fisika. Bagaimanapun jika aku tidak
mencintainya aku tidak akan bisa tenang dan menyerap ilmu yang diberikan dosen
dengan baik. Aku tidak akan bisa membagikan ilmuku kepada peserta didik dengan
sempurna. Aku harus menghargai diriku sendiri, karena aku tidak ingin menjalani
pekerjaan ataupun sebuah proses yang tidak aku sukai. Menghargai diri sendiri
itu adalah kunci sukses. Akan melelahkan dan membosankan, hidup dalam keadaan
dan berkutat dengan dunia yang tidak kita suka. Duniaku fisika. Aku harus
menyukainya. Aku belajar mencintainya. Slow but sure. Aku akan mencintai
fisika.
0 comments:
Post a Comment