Berbicara
tentang mimpi, waktu kecil aku bermimpi
untuk menjadi seorang Polwan. Aku bercita-cita menjadi Polwan karena dulu aku
takut sama yang namanya pak Mamat. Pak Mamat adalah seorang perawat di desaku. Wajahnya
sangar. Dia kemana-mana membawa jarum suntik, dan aku paling takut sama yang
namanya jarum suntik. Sampe sekarang pun aku masih takut. Gara-garanya waktu kecil aku suka di takut
takutin, kalo nakal di bilangin ada pak mamat yang bakalan nyuntik. Secara otomatis
aku jadi gak nakal lagi. :D
“yah,
novi pengen jadi polwan, biar bisa nembak pak Mamat”,
ucapku suatu hari pada ayahku.
Menginjak ke usia
remaja aku masih tetep kekeuh dengan mimpiku
menjadi seorang Polwan. Tapi lama kelamaan mimpiku makin kabur. Aku mulai tidak
terobsesi lagi menjadi Polwan. Mimpiku mulai goyah di karenakan Ayah tidak
merestuinya. Aku menguburnya dalam-dalam. Menjadi Polwan hanyalah bagian
mimpiku waktu kecil, dan bukan bagian mimpiku ketika dewasa. Namun aku tidak
akan pernah berhenti bermimpi. Andaikan satu mimpi tidak terwujud, masih banyak
mimpi-mimpi yang lain.
Selepas dari SMA aku
mulai mencari mimpi yang lain. Tentunya mimpi yang direstui oleh ayah. Aku mulai
merengek untuk melanjutkan studiku keluar kota. Aku ingin kuliah di Bandung
mengambil jurusan Hubungan internasional. Aku ingin menjadi dubes. Tapi, lagi-lagi
Ayah tidak setuju. Aku masih belum putus asa. Aku tidak kehabisan akal. Aku mulai
mencari-cari mimpiku yang lain.
Aku pun tertarik dengan
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara (STAN) di Tangerang. Aku ingin
mengambil jurusan perpajakan. Selain ikatan
dinas dan sekolahnya dibiayai oleh negara, sepertinya menjadi pegawai pajak
menyenangkan. Bisa jadi kayak Gayus Tambunan kan? Gelar D3 tapi gajinya gede. Lah
iya, wong korupsi kok. Hehe. Gak kok. Becanda. Aku gak mau kayak Gayus. Meskipun
punya uang banyak, tapi kan gak berkah.
Aku pun menyampaikan
keinginanku untuk masuk STAN pada
ayahku. Ayah menolak. Katanya anak perempuan itu cocoknya menjadi seorang guru
atau pun berkecimpung di dunia kesehatan. Kalo aku kuliah di STAN bakalan jauh
banget dari keluarga. Bagaimana keluarga mau menjenguk kalo sejauh itu. Maklumlah,
aku tinggalnya di daerah Bengkulu. Aku tetap merengek, meminta ayah untuh mengizinkanku
mengikuti ujian selesksi STAN.
“Yah,
Novi cuma pengen mencoba. Seleksinya juga tingkat nasional. Susah untuk bisa masuk
kesana. Jikalaupun nanti novi gagal, gak papa Yah. Novi cuma pengen mencoba”.
Aku membujuk ayah. Akhirnya,
meskipun dengan berat hati Ayah pun setuju.
Selain ikut seleksi
STAN aku juga mengikuti tes seleksi di perguruan Tinggi negeri di kotaku. Aku mengambil
jurusan pendidikan fisika dan kebidanan. Sebenarnya aku tidak begitu berminat
di fisika. Tapi aku tau kuliah jurusan fisika itu adalah cita-cita Ayah dulu. Toh,
Aku tidak begitu bodoh-bodoh amat kok tentang fisika. Sedikit banyak aku tau,
dan aku yakin bisa. Aku ingin mencapaikannya untuk ayah. Ya, ayahku tercinta. Aku
ingin menjadi anak yang berbakti.
Setelah pengumuman,
ternyata aku lulus di Perguruan Tinggi Universitas Bengkulu jurusan fisika. Aku
menyadari satu hal, bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari do’a orang tua. Orang
tua ku merestuiku kuliah jurusan fisika, makanya aku lulus disana. Padahal semalam
sebelum ujian SNMPTN aku tidak belajar sama sekali. sedangkan untuk tes seleksi
masuk STAN aku telah mempersiapkannya jauh-jauh hari.
Aku menerima kenyataan.
Aku adalah calon seorang guru fisika. Aku harus mensyukurinya, karena banyak
orang diluaran sana yang ingin kuliah tapi mereka tidak mampu. Mungkin inilah
takdir TUHAN yang digariskan untukku. Bukankah menjadi seorang guru adalah
tugas yang mulia?. Berbagi ilmu dan mengajarkan banyak hal kepada para peserta
didik. Pada akhirnya pun, aku tidak mutlak menjadi seorang guru. Aku bisa
menjadi seorang dosen atau menjadi pegawai bank. Aku juga bisa menjadi seorang
pengusaha ataupun menjadi seorang penulis.
Lagi-lagi aku
mensyukuri hidup ini. Betapa indahnya anugrah yang telah TUHAN berikan untukku.
Aku masih bisa mencicipi yang namanya kuliah. Tidak seperti orang-orang diluaran sana. Mereka
terlihat sangat tegar sekali. mereka mencari sesuap nasi untuk terus bertahan
hidup, bahkan diluaran sana banyak yang tidak mengeyam bangku pendidikan. Perlahan
namun pasti. Kini, aku mulai mencintai fisika.
Impianku untuk
kedepannya adalah aku ingin menjadi Guru terbaik bagi murid-muridku. Menjadi anak
yang berbakti pada orang tuaku. Menjadi sahabat yang selalu ada untuk
teman-temanku. Andaikan nanti setelah menikah, aku ingin menjadi istri yang
patuh pada suamiku, menjadi Ibu terbaik untuk anak-anakku dan masih banyak lagi
mimpi yang lain. Saking banyaknya, rasanya tak cukup jika harus aku torehkan
ditulisan ini. Oh, mimpi. Aku tidak akan pernah berhenti.
Diikutkan dalam
giveaway Tuppy, buku dan bipang di
4 comments:
hihi, lucu banget sih, bikin gemes :) masa pgn jadi polwan karena takut sama mantri? :D Bisa2 aja kamu.
semoga segala impianmu tercapai yaaa
sudah tercatat sebagai peserta ^^
semoga impiannya bisa tercapai ya..btw untung tidak jadi polwan..kasihan pak Mamatnya nanti kena tembak ...selamat berlomba..semoga menjadi salah satu yang terbaik...keep happy blogging always...salam :-)
iyaa,, terima kasih udah mampir ke blog aku :)
hehe, iya yaa, untung aku gak jadi polwan, kalo aku jadi polwan gimana nanti nasib pak mamat ya.. wwkkwkk
hehee,, iyaa mbak.. tapi sekarang udah gak takut lagi kok :)
aamiin, makasih mbak cantik..
Post a Comment