Kisah
ini bukanlah sebuah rekayasa. Ini hanyalah sekelumit kisah dari diary pribadi
yang ingin aku bagikan. Sepenggal kisah tentang aku dan lomba pada masa SMA.
Aku adalah salah satu siswi SMA swasta di kota
Bengkulu. saat itu aku kelas X1 IPA. Pada awalnya berada di sekolah itu adalah
hal yang tidak aku inginkan. Aku pernah ketakutan sekali masuk ke dalam gerbang
sekolah, menyentuh tanahnya dengan ujung sepatu rasanya amat berat. Tapi aku
harus terima kenyataan. NIM ku tak cukup besar untuk masuk ke sekolah favorit.
Pikirannku melayang jauh. Aku mulai memikirkan
tawaran pembina KIR untuk mengikuti lomba karya tulis. Awalnya aku kaget karena
aku yang di tunjuk mewakili sekolah untuk mengikuti lomba itu. Padahal jika
dibandingkan dengan teman-teman yang lain aku tidak begitu pintar.
“Vita
ikut lomba KIR ya? Lomba karya tulisnya tentang Honda best student. Temanya
Safety Ridding. Deadlinenya 2 minggu lagi. Lombanya tingkat provinsi. Nanti
yang masuk tiga besar dikirim ke Jakarta”.
Vita
gak punya leptop Bu, bagaimana nanti waktu mengerjakan karya tulisnya? Lagian
vita belum pernah ikut lomba karya tulis sebelumnya. Apa tidak ada teman-teman
yang lain selain Vita?”
“Setiap memulai sesuatu hal itu yang terpenting adalah
niat dalam melakukanya. Jika tak ada niat maka semuanya akan sia-sia. Masalah
leptop itu tidak penting. Nanti bisa diusahakan. Yang penting sekarang Vita mau
apa enggak ikut lomba?” jawab Bu Cici menasehatiku.
Aku terdiam.
“Nanti kalo vita masuk Tiga besar, Vita bisa
liburan ke Jakarta, Ke dufan, Ancol, bertemu pakar pendidikan Arif Rahman,
bertemu perwakilan masing-masing provinsi. Kemudian Vita juga dapat beasiswa
selama satu tahun. Dapat piala, piagam dan uang pembinaan satu juta”.
Aku
terpesona mendengar hadiahnya. Tanpa disadari aku mengangguk tanda menyetujui
permintaan Bu Cici untuk mengikuti lomba. Sejak hari itu aku mulai menjadi
orang yang sok sibuk dan aku pun mulai menulis. Jarang belajar, jarang masuk
kelas dengan alasan membuat karya tulis, semua ajakan teman untuk jalan-jalan
aku abaikan. Diam di perpustakaan berteman dengan buku itulah kesibukan baruku.
Hingga aku lupa makan. Aku begitu terobsesi. Aku terlena oleh janji hadiah
untuk pemenang. Aku bergonta-ganti ide.
Satu
minggu berlalu. Aku telah banyak
menggunakan waktu luangku untuk mencoret-coret kertas, merobek-robek dan menggulungnya. Kertas berserakan dikamarku. Buku membentuk
bukit-bukit. Bisa dikatakan mirip bukit barisan. Setiap hari konsultasi. Dan
setiap hari pula Bu Cici mencoret tulisanku dengan tinta merah bersilang. “Salah,
perbaiki, idenya tidak kreatif, ulang lagi, dst”.
Aku
mulai lelah. Aku hampir menyerah. Yang aku ingat ide terakhirku yang dicoret
oleh bu cici adalah tentang mengasapi toge dengan asap knalpot. Hah. Ide itu
benar-benar konyol. Dan aku benar-benar kehabisan ide. Aku kemudian menghadap
Bu cici dan mengatakan bahwa aku menyerah. Tiba-tiba mataku melirik buku diatas
meja Bu Cici. Judul buku tersebut ESQ. Aku tersenyum dan aku mendapat ide baru.
“Bu,
Vita pernah baca buku ESQ. tentang tauhid kan Bu, Vita dapat ide Bu. Jika semua
pengendara sepeda motor mau pun mobil mengESAkan Tuhan maka dia akan patuh pada
Tuhan_Nya. Jika mereka patuh pada Tuhan_Nya maka mereka juga patuh pada
peraturan lalu lintas. Bukan kah semua peraturan itu dibuat dengan maksud baik?
Jadi mereka akan patuh dengan sendirinya. Meskipun jalanan sepi dan tidak ada
satu orang pun yang melihat. Saat lampu merah menyala maka para pengendara juga
akan berhenti. Karena mereka percaya Tuhan selalu melihat apapun yang mereka
lakukan”.
“Ide
yang bagus, Bagaimana jika judulnya Meminimalisasi Angka Kecelakaan Lalu lintas
dengan Kampanye Tauhid?”.
“setuju
Bu”.
Semangatku
bangkit lagi. Aku belajar satu hal hari itu. Terkadang didetik- detik akhir
kita hampir menyerah. Tanpa kita ketahui saat itu adalah saat kita hampir
mencapai puncak. Jadi jangan pernah menyerah dan jangan pernah mengganggap
setiap hal yang didapat adalah keberuntungan. Karena menurut aku orang yang beruntung
itu adalah orang yang tidak mudah menyerah.
Deadline
4 hari lagi. Aku membutuhkan data real tentang angka kecelakaan lalu lintas.
Aku pun bergegas menuju Polres Bengkulu. Ternyata prosedur nya tidak semudah
yang dibayangkan. Sejak itu setiap hari aku mendatangi Polres. Hingga pada hari
terakhir aku baru mendapatkan data realnya sebagai lampiran. Ku lirik jam
ditanganku. Jam menunjukkan pukul 12.30 WIB. Aku langsung menuju tempat
pendaftaran di kantor Honda . Disana aku tidak bertemu dengan panitia penerima
pendaftaran. Setelah menunggu sekitar dua jam akhirnya aku memutuskan untuk
menitipkan kepada pegawai Honda disana. Jadi kesimpulan nya aku mendaftar
dihari terakhir dan aku tidak tahu karyaku diterima atau tidak. Yang terpenting
adalah aku sudah berusaha semampuku.
Seminggu
setelah hari itu sekolah mendapat telpon dari panitia. Ternyata Karya tulisku
masuk sepuluh besar dan aku berhak masuk tahap presentasi. Aku senang bercampur
bingung saat itu karena aku tidak bisa membuat power point. Bu Cici meminta
kakak kelasku membantuku. Namanya Syahrie Anggara. Ia adalah salah satu siswa
pintar di sekolahku. Ia pernah terpilih waktu pertukaran pelajar ke Amerika.
Wajahnya tampan. Tak terlukis betapa senangnya aku hari itu.
Aku
mulai membuat power point sekaligus belajar untuk presentasi. Dibantu oleh sang
kakak kelas pemilik senyum yang benar-benar sangat manis. Mataku tak
bosan-bosan mencuri pandang memandang wajahnya. Ia sosok yang luar biasa. Ia
benar-benas istimewa. selain tampan, ia juga pintar dan baik hati. Disela-sela
kesibukan membuat persiapan untuk presentasi aku bertukar cerita dengannnya.
Hari
berkompetisi tiba. Aku mendapat no urut terakhir. Peserta yang lain benar-benar
keren. Mereka berasal dari sekolah favorit di kotaku dan yang lainnya
kebanyakan dari kabupaten. Semua peserta didampingi oleh pembina dan
teman-temannya. Hanya aku yang sendirian dan tidak ditemani siapapun. Hari itu
Bu cici tidak bisa menemani karena ia sedang mengikuti tes PNS.
Tibalah
saat nya aku untuk presentasi. Aku benar-benar gugup karena saat itu adalah
presentasi pertamaku. Aku gemetaran.
Perlahan aku memberanikan diri. Kalimat per kalimat mulai berjuntaian
keluar dari bibirku. Semua mulai normal. Aku tidak gemetaran lagi. Hingga tanpa
ku sadari presentasiku pun selesai.
“
Kamu suka berteriak dipantai ya? Suaranya keras sekali. lain kali kalo
presentasi kamu tidak perlu mengeras suara” kata juri pertama
“Hah,
Benarkah sekeras itu suaraku” Gumamku.
“
Mungkin karena terlalu bersemangat pak”, jawabku sambil tersenyum.
Pertanyaan-
pertanyaan kujawab satu persatu hingga tuntas.
Tibalah
saatnya pengumuman. Hatiku dag dig dug. Namaku tidak disebut. artinya aku tidak
menang. Aku kalah. Liburan ke Jakarta pupus. Usahaku sia-sia. Aku melangkah
gontai.
Namun
aku menyadari bahwa kompetisi bukan tentang menang atau kalah tapi tentang
sebuah kesungguhan yang di dasari oleh hati. tentang belajar untuk berjiwa
besar. Belajar menerima kekalahan. Tidak
sombong dengan kemenangan dan tetap terus berusaha memberikan yang terbaik. Aku
memberi selamat kepada peserta yang menang.
“Selamat anda terbaik dan telah melakukan yang terbaik, sekali lagi selamat”.
“Selamat anda terbaik dan telah melakukan yang terbaik, sekali lagi selamat”.
7 comments:
I think's So !
Nice posting,
postingan yang bagus :)
kak heri.. makasih kak.. udah mampir ke blog vita :)
makasih mbak zefy udah berkunjung ke blog vitha :)
iya ya..? :DDD
hahaa, iya donk :D
tulisan ini ni buat lomba kakak, tapi kagak menang, :3
Post a Comment