RSS

Antara coklat dan cinta (kategori 2)



Entah mengapa terik mentari siang ini terasa berbeda dari biasanya. Meskipun tepat pukul 12.00 WIB rasanya aku tidak gerah dan panas. Sepanjang jalan menuju rumah aku tersenyum-senyum sendiri. Orang-orang disepanjang jalan menatapku aneh. Aku tidak memperdulikannya. Tentu saja karena saat ini aku sedang bersama sang pemilik wajah tampan dan pemilik senyum yang sangat mempesona. Dia adalah anak teman ibuku sekaligus temanku satu sekolah. Tentang bagaimana kami saling mengenal rasanya tak perlu aku ceritakan. Yang terpenting saat ini adalah perasaanku. Aku jatuh cinta. Ya, jatuh cinta sejak pertama kali mengenalnya. Tatapan matanya yg teduh, dan senyumnya yg sangat manis rasanya mampu membuat hatiku terasa sejuk ditengah terpaan sinar mentari yang terik.

Ah, lagi-lagi aku tersenyum-senyum sendiri.
Sepeda ontel yang telah tua dan antik terus dikayuh oleh bastian  dengan napas yg tersenggal-senggal dan sedikit ngos-ngosan. Keringat mulai membasahi wajahnya. Sedangkan aku duduk manis dibelakang sambil tersenyum-senyum sendiri. sedikit agak aneh, Bastian membawa sekeranjang coklat Delfi disepedanya. 

"Pasti semua cokelat dikeranjang itu dia bawa khusus buat aku", pikirku dalam hati sedikit GR plus ngiler liat coklat delfi. Aku adalah pencinta coklat yg sangat akut. Terlebih lagi coklat Delfi. Masalahnya sekarang adalah sejauh ini dia tidak ada menyinggung sedikitpun soal coklat yang dia bawa tersebut.

Aku menepis pikiranku tentang coklat. Aku gak boleh GR dong. Aku takut kecewa. Jangan-jangan itu coklat bukan buat aku. Dasar akunya aja yang udah ke_GRan duluan.

"Melody, nanti kita mampir dulu ya ke taman, kita istirahat. Hari sangat panas sekali", kata Bastian memecah keheningan.

Tanpa pikir panjang aku langsung mengiyakan ajakan Bastian.

Setibanya ditaman Bastian pun memparkirkan sepedanya, dan mengajakku duduk ditaman dekat sungai. Semilir angin berhembus menembus pori-poriku. Mataku tak lepas mencuri pandang kewajahnya dan ke sekeranjang coklat Delfi yang masih terletak di sepeda. Tanpa aku sadari dia mengetahui hal tersebut.

"Kenapa melody? Melody mau coklat? Kok dari tadi liatnya ke coklat terus", ujarnya terkekeh

Aku pun tertunduk malu.

Bastian lalu menuju ke sepedanya untuk mengambil coklat. Saat ia kembali aku pura-pura tak melihatnya. Tiba-tiba Bastian memegang tanganku.

"Melody, sejak pertama berjumpa aku sudah jatuh cinta padamu. maukah engkau menjadi kekasih sekaligus orang yang spesial dihidupku?"

Hah. Rasanya aku mau berteriak melonjak kegirangan. Namun hal tersebut aku tahan di hati saja. Kudu Jaim dong. Aku tidak menyangka dia memiliki perasaan yang sama denganku. 

"Melody, jika engkau menerima cintaku, terimalah coklat Delfi ini. Ini semua untukmu yang telah mencuri hatiku".

"Tidak". Ujarku

Bastian terkejut.

"Tidak kuasa menolak" ujarku lagi.

Bastian akhirnya tersenyum.

Bagaimana mungkin aku menolak. Aku juga memiliki perasaan yang sama terhadap Bastian. Terutama aku tak kuasa menolak manisnya coklat Delfi yang telah melumerkan hatiku.

"Bastian, sering-sering aja ngasih melody coklat ya", ujarku menggodanya.

"Tenang aja, stok coklat Delfi masih banyak kok dirumah", ujarnya tersenyum.

Mentari tersenyum kearah kami. Panas mentari terasa begitu sejuk. Semua berkat coklat Delfi.

 Ah, cinta. 


Cerpen diikutsertakan dalam lomba #LoveatFirstSight yang diadakan oleh Delfi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 comments:

Unknown said...

ciee yang lagi jatuh cinta :D

Unknown said...

Haha, enggak mbak. Itu tu ikutan lomba cerpen yg diadain oleh delfi :D

Yuni Astutik said...

Cieehhhhh.....jatuh cinta gitu yaaaa

Post a Comment